10 Konsep Geomorfologi Menurut Thornbury
1. “Proses
fisik dan hukum yang terjadi seluruhnya saat ini telah terjadi juga sepanjang
waktu geologi, meskipun intensitasnya tidak sama seperti sekarang”. Konsep ini
hampir sama dengan prinsip yang dikemukakan oleh James Hutton pada 1785 yaitu
prinsip uniformitarianisme. James Hutton mengajarkan “the
present is the key to the past”, tetapi dia mengaplikasikan prinsip ini terlalu
kaku dan berpendapat bahwa proses geologi yang terjadi dahulu dan sekarang
mempunyai intensitas yang sama. Telah terbukti bahwa intensitas kejadian
geologi tiap waktu tidak sama, seperti gletser pada Pleistosen lebih besar
intensitasnya dibanding sekarang.
2. “Struktur
geologi adalah salah satu pengontrol dominan dalam evolusi pada bentang alam dan
tercermin pada daratan tersebut”. Pada suatu waktu W.M Davis mengajarkan bahwa
struktur, proses, dan tingkatan adalah faktor pengontrol utama pada bentang
alam. Tetapi apa yang diajarkan Davis tentang “tingkatan” cukup diragukan oleh
para geomorfologist. Hal yang tidak diragukan adalah tentang proses dan
struktur. Istilah struktur tidak hanya mencakup lipatan, kekar, dan uncomfotmity tetapi juga mencakup cara bagaimana
material bumi membentuk daratan yang meninggalkan jejak yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya seperti sikap batuan, kehadiran kekar, sesar, unsur
mineral, dan sebagainya.
3. “Banyak
relief permukaan Bumi karena proses geomorfologi berlangsung pada kecepatan
yang berbeda”. Alasan utama gradasi pada permukaan bumi terjadi
secara berbeda adalah batuan pada kerak Bumi memiliki ragam litologi dan
struktur dan oleh karena itu menyebabkan perbedaan resistensi dalam proses
gradasi. Perbedaan pada komposisi dan struktur batuan tercermin tidak hanya
pada variasi geomorfologi secara regional tetapi juga pada topografi lokal.
Selain litologi dan struktur ada juga faktor lain yang mempengaruhi seperti
suhu, kelembaban, ketinggian, mikroklimatik, dan jumlah vegetasi yang menutupi
permukaan. Pengaruh-pengaruh ini akan tampak pada intensitas pengendapan, laju
penguapan, jumlah embun tanah, dan sebagainya.
4. “Proses
geomorfologi meninggalkan jejak khusus pada bentang alam, dan setiap proses
geomorfologi menghasilkan karakter yang terkumpul pada pembentukan muka bumi”. Proses yang
dimaksud mencakup proses fisik dan kimia yang terjadi saat modifikasi muka
Bumi. Bentang alam mempunyai pembeda yang bergantung pada proses geomorfologi
pada saat pembentukannya seperti dataran banjir, kipas aluvial, dan delta yang
dibentuk oleh arus. Meskipun sangat tepat bahwa pembentukan bentang alam
berasal dari proses geomorfologi yang terpisah, tetapi kita akan menyadari
bahwa bentang alam adalah produk dari sekelompok proses.
5. “Karena
agen erosional berbeda pada permukaan Bumi, maka akan menghasilkan urutan yang
sesuai dengannya pada bentang alam”. Hampir semua geomorfologist percaya bahwa bentang alam
memiliki proses yang teratur dan berurutan, tetapi tidak selalu melewati
tahapan muda, dewasa, dan tua. Konsep muda, dewasa, dan tua mungkin cocok pada
tingkat dasar tetapi tidak cocok ketika pendekatan canggih dilakukan pada
evolusi bentang alam.
6. “Kompleksitas
dari evolusi geomorfologi lebih lazim dibandingkan dengan yang sederhana”. Biasanya
kebanyakan detail topografi dibuat dari proses selama siklus erosi, sangat
jarang kumpulan bentang alam yang terbentuk dari satu proses geomorfologi.
Horberg (1952) mengelompokkan interpretasi bentang alam dalam 5 kategori
utama : sederhana (produk dari satu proses geomorfologi yang utama), campuran
(produk dari dua atau lebih proses geomorfologi baik dipermukaan seperti angin
dan gletser maupun di bawah permukaan seperti sesar dan larutan air bawah
tanah), monosiklik (menghasilkan jejak hanya dari satu siklus erosi, lebih
sedikit dibanding multisiklik), multisiklik (menghasilkan jejak lebih dari satu
siklus erosi), dan resurrected landscapes. Selain itu
ada konsep tambahan yaitupolyclimatic landscapes,
yaitu banyak bentang alam yang berkembang dalam kondisi lebih dari satu
kondisi iklim bersamaan dengan variasi kondisi dominan pada proses geomorfologi. Resurrected landscapes adalah bentang alam yang
terbentuk selama periode waktu geologi yang lalu, kemudian terkubur di bawah
yang ditutupi oleh batuan sedimen atau beku.
7. “Sedikit
topografi Bumi lebih tua daripada Tersier dan kebanyakan tidak ada yang lebih
tua daripada Pleistosen”. Ashley (1931) memperkirakan setidaknya 90 persen
daratan yang ada sekarang terbentuk pada post-Tersier dan mungkin sekitar 99
persen terbentuk pada post-tengah Miosen. Contohnya seperti pegunungan
Himalaya pertama terlipat pada zaman Kapur dan hampir seluruh topografi
seperti sekarang terbentuk pada Pleistosen.
8. “Interpretasi
yang tepat pada bentang alam masa kini tidak mungkin tanpa apresiasi dari
pengaruh perubahan geologi dan iklim selama Pleistosen”. Gletser dan diastropishm adalah kejadian yang signifikan pada
Plesitosen yang mempengaruhi bentang alam yang kita jumpai pada masa kini.Diastropishm berperan pada pembentukan bentang
alam disekitar batas lempeng laut pasifik. Gletser yang terjadi pada Plesitosen
salah satunya berefek pada arus yang terjadi pada sungai Ohio dan Missouri yang
kita lihat sekarang. Air lelehan dari zaman es diperkirakan berefek pada
permukaan Bumi seluas 10.000.000 m2.
9. “Apresiasi
terhadap perubahan iklim dunia diperlukan untuk memahami secara tepat terhadap
ragam penting dari proses geomorfologi yang berbeda”. Ragam iklim
dapat mempengaruhi operasi dari proses geomorfologi baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pengaruh secara tidak langsung adalah seperti iklim yang
berpengaruh terhadap jumlah, jenis, dan distribusi tumbuhan yang menutupi
bentang alam. Pengaruh secara langsung adalah seperti jumlah dan jenis
pengendapan, intensitasnya, hubungan antara pengendapan dan penguapan, rentang
suhu harian, dan kecepatan dan arah angin.
10. “Geomorfologi
tidak hanya fokus terhadap bentang alam masa kini, tetapi juga masa lalu”. Geomorfologist
juga dapat menyusun sejarah tentang suatu bentang alam yakni dengan prinsip uniformitarianisme .
Empat aspek utama dalam analisis dan pemetaan
geomorfologi (Van Zuidam, R. A.,1983) :
1. Morfologi (relief), meliputi :
a. Morfografi
aspek geomorfologi yang
deskriptif pada suatu area (dataran, perbukitan, pegunungan
dan plateau)
b. Morfometri
aspek
kuantitatif pada suatu area (kecuraman lereng, ketinggian, pembukaan dan
ketidakrataan
dataran)
2. Morfogenesis (asal mula bentuklahan dan
perkembangannya dan proses-proses pembentukan dan sebab terjadinya bentuklahan tersebut), meliputi :
a. Morfostruktur
pasif
litologi
(jenis batuan dan struktur batuan) yang dihubungkan dengan proses denudasi,
seperti
cuesta, hogback dan dome.
·
Cuesta : punggungan yang
profilnya tidak simetri dan kemiringan lerengnya kurang dari 10° dan searah
kemiringan batuan.
·
Hogback : sda tapi kemiringannya
lebih dari 30°.
b. Morfostruktur
aktif
dinamika
proses endogen yang didalamnya termasuk proses
vulkanisme, lipatan dan
sesar
tektonik, seperti gunungapi, punggungan antiklin dan gawir sesar.
c. Morfodinamik
dinamika
proses eksogen yang dihubungkan dengan pengaruh angin, air dan es dan
material
sisa, seperti gumuk, teras sungai, punggungan pantai.
3. Morfokronologi
penentuan
umur secara relatif dan absolute pada berbagai macam bentuklahan dan proses-
proses
yang berhubungan.
4. Morfo-arrangement
pengaturan
keruangan dan hubungan antar berbagai jenis bentuklahan dan proses-proses yang
berhubungan.
0 komentar:
Posting Komentar